PT Indofood merupakan sebuah perusahaan terkenal karena mampu menghasilkan diversivikasi produk pangan yang mampu didistribusikan secara luas. Berikut adalah laporan keuangan PT Indofood tahun 2011:
Klik ---> Laporan Keuangan PT Indofood 2011
Analisis Laporan Keuangan PT Indofood tahun 2011:
Perhitungan dan Analisis Rasio
Keuangan
Perhitungan rasio
keuangan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak Perusahaan menggunakan laporan keuangan konsolidasi yang berupa
neraca dan laporan laba rugi periode 2009-2011. Perhitungan rasio keuangan ini meliputi
rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dengan
menggunakan pendekatan time series
yang bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan.
a.
Rasio Likuiditas
Tabel 1. Current Ratio dan Quick Ratio
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak
Perusahaan Tahun 2009-2011
Tahun
|
Current
Ratio
|
Perubahan
|
Quick
Ratio
|
Perubahan
|
2009
|
116,31%
|
|
70.41%
|
|
2010
|
203,65%
|
+87.34%
|
146.40%
|
+75.99%
|
2011
|
190,95%
|
-12.7%
|
140.01%
|
-6.39%
|
Hasil perhitungan
keuangan perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak Perusahaan selama
tiga tahun, current ratio perusahaan
cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan sebesar 87.34% akan
tetapi padatahun 2011 terjadi penurunan sebesar 12.7%. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan likuiditas perusahaan menurun pada tahun 2011.
Quick
ratio perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2011
yaitu sebesar 6.39%, namun pada tahun 2010 terjadi peningkatan sebesar 75.99%. Quick ratio yang menurun menunjukkan
bahwa perusahaan belum mampu mempertahankan kemampuannya dalam menggunakan
aktiva lancar yang likuid untuk membayar hutang jangka pendek.
b.
Rasio Solvabilitas
Tabel 2. Debt Ratio dan Debt Equity Ratio PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk dan Anak Perusahaan Tahun
2009-2011
Tahun
|
Debt Ratio
|
Perubahan
|
Debt Equity Ratio
|
Perubahan
|
2009
|
61.63%
|
|
104.07%
|
|
2010
|
47.43%
|
-14.2%
|
55.13%
|
-48.94%
|
2011
|
41.01%
|
-6.42%
|
29.26%
|
-25.87%
|
Debt ratio perusahaan
mengalami penurunan pada tahun 2011 yaitu sebesar 6.42%. Pada umumnya para
pemegang saham atau stakeholder lebih
memilih tingkat debt ratio yang
rendah, hal ini dikarenakan dengan debt
ratio yang rendah akan menguntungkan sehingga para stakeholder mendapatkan
dividen yang lebih besar.Debt equity
ratio tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 104.7% sedangkan debt equityratio terendah terjadi pada
tahun 2011 yaitu sebesar 29.26%. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah tiap
rupiah modal sendiri menurun, serta kecilnya risiko keuangan yang akan
ditanggung.
c.
Rasio Aktivitas
Tabel 3. ITO dan TATO PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
dan Anak Perusahaan Tahun 2009-2011
Tahun
|
ITO
|
Perubahan
|
TATO
|
Perubahan
|
2009
|
7.70x
|
|
0.93
x
|
|
2010
|
6.80x
|
-0.9x
|
0.81
x
|
-0.12
x
|
2011
|
6.94x
|
+0.14x
|
0.85
x
|
+0.04
x
|
ITO tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 7.70x dan ITO menurun
pada tahun 2010 namun terjadi kenaikan kembali pada tahun 2011, hal
ini menunjukkan bahwa ITO perusahaan
kurang efisien.TATO tertinggi terjadi pada tahun 2009
yaitu sebesar 0.93x. sedangkan TATO terendah terjadi pada tahun 2010 yatu
sebesar 0.81x dan meningkat kembali pad atahun 2011 yaitu sebesar 0.85x. Hal
ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk mengefesiensikan keseluruhan
aktiva perusahaan kurang dalam menghasilkan volume penjualan.
d.
Rasio Profitabilitas
Tabel 4. GPM
dan OPM PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan
Anak Perusahaan Tahun 2009-2011
Tahun
|
GPM
|
OPM
|
NPM
|
ROI
|
ROE
|
2009
|
27.96%
|
12.36%
|
7.64%
|
7.07%
|
28.13%
|
2010
|
32.51%
|
16.39%
|
10.25%
|
8.32%
|
23.44%
|
2011
|
27.76%
|
15.11%
|
10.79%
|
9.13%
|
25.22%
|
GPM
perusahaan
mengalami fluktuasi,pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 4.55%, namun
mengalami penurunan pada tahun 2011 yaitu sebesar 4.75%. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai GPM perusahaan kurang baik.Semakin kecil nilai perusahaan maka kinerja
keuangan perusahaan menurun, dan laba kotor yang diperoleh dari setiap rupiah
penjualan semakin kecil.OPM terbesar pada tahun 2010 yaitu sebesar 16.39% dan
mengalami penurunan pada tahun 2011 yaitu sebesar 15.11%. Hal ini menunjukkan
bahwa kinerja keuangan perusahaan kurang baik.Peningkatan NPM terbesar terjadi
pada tahun 2011 yaitu sebesar 10.79%.Hal ini menunjukkan bahwa laba bersih yang
dihasilkan dari penjualan semakin bertambah, sehingga kinerja keuangan
perusahaan perlu ditingkatkan agar mencapai laba maksimum.Peningkatan ROE
terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 1.78% sedangkan pada tahun 2010 mengalami
penurunan sebesar 4.69% .Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen
perusahaan kurang baik. Hal ini terbukti dengan adanya penurunan pada tahun
2010 sehingga manajemen perusahaan perlu meningkatkan kinerja perusahaan.
4.2. Analisis Economic Value Added (EVA)
EVA tidak hanya berdasarkan
perhitungan akuntansi, namun juga mempertimbangkan biaya modal yang dihitung
secara ekonomis. Adapun rumus untuk menghitung EVA laba operasi setelah pajak
dikurangi dengan biaya modal dari seluruh modal yang digunakan untuk
menghasilkan laba. Laba operasi setelah pajak (NOPAT) diperoleh dari
mengurangkan EBIT dengan beban pajak, setelah WACC dan biaya modal diketahui,
berikut perhitungan EVA dalam tabel :
Tabel 5. Perhitungan Economic Value Added PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak
Perusahaan Tahun 2009-2011 (Dalam Jutaan Rupiah)
Keterangan
|
2009
|
2010
|
2011
|
EBIT
|
4.623.707
|
6.296.063
|
6.851.019
|
Beban
Pajak
|
(1.207.032)
|
(1.497.567)
|
(1.460.716)
|
NOPAT
|
3.416.675
|
4.798.496
|
5.390.303
|
Biaya
Modal Tertimbang
|
(3.378.575,83)
|
(3.806.522,50)
|
(4.021.455,22)
|
EVA
|
38.099,17
|
99.197,35
|
1.368.847,78
|
Berdasarkan tabel tersebut dapat
diketahui nilai EVA untuk masing-masing tahun,selanjutnya adalah melakukan
interpretasi untuk mengetahui sejauh mana kinerja operasi perusahaan PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak Perusahaan.
Berdasarkan hasil perhitungan EVA pada tabel 5 tersebut, maka dapat diperoleh
informasi bahwa kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak
Perusahaan pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 38.099,17, tahun 2010 sebesar Rp
99.197,35 dan pada tahun 2011 sebesar Rp 1.368.847,78. Hasil EVA meningkat
setiap tahunnya hal ini menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin meningkat.
Posisi EVA dari tahun 2009 sampai tahun 2011 berada diatas 0 atau bernilai
positif (EVA>0). Hasil perhitungan EVA ini akan menjadi pertimbangan bagi manajer
perusahaan sebagai dasar untuk memilih investasi yang memaksimumkan tingkat
pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan
menjadi maksimum.
Perhitungan biaya modal saham menggunakan metode pertumbuhan
dividen karena perhitungannya hanya menggunakan laba ditahan. Diasumsikan bahwa
reinvestasi laba ditahan akan berhasil sehingga akan berdampak pada pertumbuhan
laba sehingga dividen juga akan mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan dividen
mencerminkan tingkat pengembalian atau return saham yang diinginkan oleh para
investor.
Hasil positif yang ditunjukkan EVA selama tiga tahun
tersebut dipengaruhi oleh jumlah NOPAT yang lebih tinggi dari pada nilai biaya
modal. Hal itu menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk memberikan
nilai tambah ekonomis kepada perusahaan dan para investor. Dengan adanya
peningkatan nilai EVA akan menarik minat para investor untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan. EVA mempunyai pengaruh yang signifkan terhadap
perusahaan, karena apabila hanya dengan menggunakan rasio keuangan maka manajer
perusahaan tidak dapat melihat adanya nilai tambah ekonomis. Hal ini
dikarenakan rasio keuangan tidak melakukan perhitungan terhadap biaya modal,
sedangkan EVA menganggap bahwa tidak ada modal yang gratis.
Perusahaan yang memperoleh peningkatan laba bersih setiap
tahun belum tentu mendapatkan nilai tambah ekonomis dari kegiatan operasional
yang dijalankannya. Namun, apabila perusahaan yang melakukan perhitungan EVA
dan mendapatkan nilai EVA diatas 0, maka dapat dipastikan laba bersih
perusahaannya dalam kategori baik. Selain meningkatkan EVA, perusahaan juga
dituntut untuk menjaga kestabilan nilai EVA yang positif dan meningkatkan
kinerja perusahaan agar EVA yang dihasilkan juga mengalami peningkatan.
Efisiensi dalam penggunaan aset yang dimiliki serta mengurangi utang uasha
merupakan cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatkan EVA
Perbandingan Kinerja Keuangan
Berdasarkan Metode Rasio Keuangan Dan Metode EVA (Economic Value Added)
Hasil pengukuran dari kinerja keuangan menggunakan metode
rasio keuangan meliputi tingkat pengembalian asset (ROI) dan pengembalian modal
(ROE), harus dinilai ketercapainya dengan cara membandingkan dengan harapan
investor (WACC). Perbadndingan ini diharapkan mampu menunjukkan tidak hanya
dari segi operasional dan keuangan intern saja. Tapi juga perlu menerapkan EVA
(Economic Value Added) sebagai
pendukung analisis kinerja keuangan perusahaan, sehingga dapat memberikan
perhitungan yang mengarah kepada laba riil perusahaan yang diukur dari kemapuan
suatu perusahaan untuk menciptakan nilai tambah dan memberikan tingkat
pengembalian sesuai dengan harapan investor. Perbandingan kinerja keuangan
berdasarkan analisi ROI, ROE dan EVA disajikan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel
6. Perbandingan Kinerja Keuangan ROI, ROE dan EVA
Pengukuran
Kinerja Keuangan
|
Tahun
|
||
2009
|
2010
|
2011
|
|
ROI
|
7,07%
|
8,32%
|
9,13%
|
ROE
|
28,13%
|
23,44%
|
25,22%
|
WACC
|
18,48%
|
19,24%
|
12,38%
|
EVA
|
38.099,17
|
99.197,35
|
1.368.847,78
|
Peningkatan Return
on Investment
dikarenakan perusahaan mampu meningkatkan pendapatan dan aset dari tahun
sebelumnya yang mengakibatkan kenaikan pada tingkat laba bersih sesudah
pajak.Keadaan ini memperlihatkan semakin besar tingkat penghasilan atau laba
bersih yang diperoleh dari total aktiva perusahaan sehingga dapat diketahui
bahwa perusahaan menunjukkan prestasi yang cukup baik.Kondisi tersebut perlu
dipertahankan guna menunjukkan efisiensi penggunaan aktiva yang dimiliki
perusahaan..Nilai Return
on Equity turun
apabila laba bersih sesudah pajak turun sedangkan modal sendirinya naik,
demikian pula sebaliknya.Penurunan Return
on Equitydisebabkan
karena pendapatan dan modal yang dimiliki perusahaan turun sehingga laba
perusahaan juga mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan semakin kecil laba
bersih yang akan dibagikan kepada pemilik perusahaan. Kondisi tersebut
menggambarkan inefisiensi modal yang diinvestasikan oleh
pemegang saham biasa dalam perusahaan.
Kesimpulan
Pengukuran kinerja
keuangan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan perhitungan rasio keuangan.
Rasio keuangan terdiri dari rasio likuiditas,
solvabilitas dan rasio aktivitas. Secara keseluruhan dengan menggunakan
perhitungan rasio keuangan dapat diperoleh informasi bahwa kinerja keuangan
perusahaan mengalami fluktuasi selama tiga tahun. Hal ini disebabkan karena
jumlah hutang lancar lebih besar dibandingkan jumlah dari aktiva lancar.
Dari perhitungan EVA
dapat diperoleh informasi bahwa perusahaan mempunyai nilai tambah ekonomis yang
dapat dikatakan cukup baik, hal ini menjadi nilai plus bagi perusahaan, karena
belum tentu perusahaan dengan laba yang tinggi memiliki nilai tambah ekonomis
sehingga tujuan perusahaan kurang maksimal. Nilai EVA cenderung fluktuatif
karena terjadi penurunan pada tahun 2011.
EVA membantu perusahaan dalam menghitung nilai tambah
ekonomis, dimana nilai tambah ini ditujukan pada stakeholder.
Dengan adanya nilai tambah, maka perusahaan dapat dikategorikan sebagai
perusahaan yang mempunyai reputasi yang bagus. Hal ini tentunya akan menjadi
factor penunjang bagi perusahaan untuk menarik minat stakeholder dalam
berinvestasi. Tantangan bagi perusahaan adalah upaya apa yang harus dilakukan
agar nilai EVA meningkat setiap tahunnya.
0 komentar:
Posting Komentar